Pompeii, Kota Romawi Kuno yang Terancam Hujan Lebat
Pompeii adalah kota yang menjadi saksi sejarah dunia. Kota ini pernah terkubur abu sedalam lebih dari 3 meter saat Gunung Vesuvius, gunung berapi di Italia, meletus sekitar 2.000 tahun yang lalu. Kota ini ditemukan beberapa ratus tahun yang lalu dan masih cukup utuh. Kini, kota Pompeii berada di bawah ancaman lagi. Kali ini bukan dari gunung berapi, melainkan dari hujan lebat.
Beberapa waktu lalu, hujan lebat menyebabkan beberapa struktur bangunan terkenal Pompeii mulai runtuh. Struktur tersebut antara lain dinding makam di salah satu pintu masuk ke situs dan bagian dari gapura. Dan ini bukan pertama kalinya terjadi.
Pada tahun 1748, para pekerja yang ada di dekat sebuah daerah yang kini disebut Naples, Italia, tanpa sengaja menemukan kembali Pompeii. Sejak saat itu, para arkeolog telah menggali hampir dua pertiga kota. Mereka menemukannya dalam kondisi yang luar biasa. Grafiti masih bisa dilihat di dinding. Bahkan mereka menemukan beberapa potong roti yang masih berada dalam oven kuno. Namun, dengan menemukan Pompeii, para arkeolog mengekspos reruntuhan kuno ini pada unsur-unsur alam seperti sinar matahari, angin, dan terutama hujan, yang merusak bangunan kuno ini secara perlahan.
Hujan menyebabkan pelapukan yang secara bertahap menggerogoti bangunan Pompeii. Ketika air tidak mengering dengan baik, air akan merembes ke dinding. Batu-batu kota akan lapuk dan akhirnya hancur. Dinding kota juga bisa runtuh karena tekanan air yang besar. Pemerintah telah berupaya untuk menyelamatkan situs bersejarah ini. Sejak tahun 2012, restorasi Pompeii berbiaya 146 juta dolar telah dilakukan. Namun akankah upaya ini bisa menyelamatkan kota Pompeii masih menjadi tanda tanya besar.