Ledakan Populasi Ubur-ubur dan Ancamannya Pada Manusia
Di seluruh dunia, populasi ubur-ubur semakin meningkat pesat dan menyebabkan masalah bagi manusia. Tahukah Anda, apa yang diperlukan untuk menghentikan sementara operasi perusahaan listrik terbesar di California? Jawabannya adalah ubur-ubur.
Beberapa waktu lalu, pipa yang menyedot air laut untuk mendinginkan dua reaktor nuklir yang dijalankan oleh PG&E Corp. juga menyedot banyak ubur-ubur. Sekumpulan hewan gelatin itu menyumbat pipa dan memaksa perusahaan itu menutup salah satu reaktor dan menyetel reaktor lainnya pada daya 50 persen.
Kejadian ini hanyalah satu dari banyak laporan terbaru tentang serangan gerombolan ubur-ubur di lautan dunia. Di belahan dunia lain, ubur-ubur menghambat aktivitas nelayan dan meminggirkan para peselancar. Fenomena ini memancing para ilmuwan untuk bertanya-tanya, apa yang menyebabkan kenaikan populasi ubur-ubur ini?
Penampilan ubur-ubur seperti alien dengan tubuh berlendir gelembung yang terbuat dari zat licin dan lengket (goo) lengkap dengan puluhan tentakel berlekuk-lekuk yang menggantung. Bila tubuh manusia terdiri atas 65 persen air, maka 95 persen tubuh ubur-ubur adalah air. Zat penyusun tubuh lainnya adalah protein dan mineral yang membentuk sel-sel, organ, dan kerangka fleksibel yang terbuat dari kolagen.
Meskipun ubur-ubur (jellyfish) memiliki kata “ikan/fish” dalam namanya, makhluk ini samasekali bukanlah ikan. Ubur-ubur adalah invertebrata, yang berarti tubuhnya tidak bertulang. Sebagai anggota dari filum Cnidaria, ubur-ubur adalah makhluk yang sangat sederhana.
Mereka tidak memiliki insang, hati, darah, atau bahkan otak. Tubuhnya berbentuk lonceng dan biasanya memiliki tentakel yang mengandung sel penyengat (cnidae) yang bisa mengeluarkan racun untuk melindungi diri dari predator serta menyengat mangsa berupa ikan kecil dan udang. Bahkan, ubur-ubur yang ditemukan mati di pantai sengatannya masih berfungsi.
Baru-baru ini, laporan buruk tentang kawanan ubur-ubur makin banyak bermunculan. Kawanan makhluk berlendir ini bisa begitu besar sehingga dapat menutupi area seluas ribuan kilometer persegi. Mereka menyerang daerah yang belum pernah mereka temukan sebelumnya dan spesies ubur-ubur tertentu menyerang lokasi yang jauh dari habitat asli mereka.
Selama musim panas 2007, di pantai Pulau Oahu, Hawaii, perenang dipaksa keluar dari laut oleh sekawanan besar ubur-ubur kotak. Satu jenis ubur-ubur kotak, Chironex fleckeri, biasa ditemukan di perairan utara Australia. Ubur-ubur kotak adalah salah satu binatang paling beracun di bumi. Sengatannya mengandung racun yang paling mematikan dari semua binatang -saking kuatnya hingga bisa membunuh seseorang dalam waktu tiga menit. Baru belakangan ini saja ubur-ubur kotak ditemukan di Hawaii. Spesies ini umumnya ada di perairan Australia, dan di Filipina saja mereka bisa membunuh 20 sampai 40 orang setiap tahunnya.
Nelayan juga tak luput dari serangan ubur-ubur. Kawanan hewan ini bisa merusak jaring ikan, menyumbat mesin perahu, dan bahkan meracuni ikan-ikan yang ditangkap nelayan. Ubur-ubur juga memakan telur ikan dan anak ikan sehingga mengancam generasi penerus ikan.
Para ilmuwan berpikir manusia mungkin memainkan peran dalam lonjakan populasi ubur-ubur. “Ada bukti peningkatan populasinya. Dalam beberapa kasus, perilaku manusia nampaknya menyebabkan populasi ubur-ubur menjadi lebih besar dan berada di lokasi yang tidak biasa,” kata Michael Dawson, seorang ahli biologi kelautan dan ahli ubur-ubur dari University of California, Merced. “Manusia mungkin meningkatkan pasokan makanan dan reproduksi ubur-ubur sambil mengurangi hewan yang memangsa ubur-ubur, atau membuat perubahan lain yang mengarah pada meledaknya populasi ubur-ubur,” katanya.
Para ahli mengatakan bahwa limpasan pertanian atau air yang mengandung pupuk tanaman mengalir menuju perairan pesisir. Bahan kimia yang membantu tanaman darat tumbuh itu menyebabkan alga di laut juga tumbuh dan berkembang. “Alga merupakan sumber makanan dari makanan ubur-ubur, disebut microzooplankton,” kata Dawson. Ketika makanan ubur-ubur tercukupi, mereka akan hidup lebih lama dan bisa bereproduksi untuk jangka waktu yang lama. Satu ubur-ubur dapat melepaskan 45.000 telur per hari, sehingga jumlah mereka meroket dengan cepat.
Aktivitas perkapalan, polusi ekstrim, dan penangkapan ikan besar-besaran juga menjadi penyebab meledaknya populasi ubur-ubur baru-baru ini. Menurut Dawson, perubahan iklim yang menyebabkan suhu laut naik juga ambil bagian dalam hal ini. “Kami tidak yakin mengapa, namun air hangat justru bisa membantu ubur-ubur bereproduksi lebih cepat,” katanya, “Manusia harus lebih sadar pada tindakannya yang mungkin saja mempengaruhi alam secara negatif, entah itu pertanian, perikanan, atau transportasi laut,” kata Dawson.
dimana dan kapan terjadinya gan?
terimakasih 😉