Wawancara dengan Go Ah-sung Tentang Film Barunya
Rapuh namun berpikiran kuat. Itulah kata-kata yang terlintas ketika memikirkan aktris Korea Go Ah-sung. Sikap itu ia tunjukkan ketika JoongAng Ilbo, afiliasi dari Korea JoongAng Daily, mewawancarainya tentang filmnya terbarunya, Office, yang dirilis di bioskop pekan lalu. Ketika fotografer bertanya sisi mana dari wajahnya yang ia suka, Go dengan yakin menjawab bahwa ia “tidak peduli.”
Bahkan setelah melakukan wawancara selama delapan jam dengan media lain, aktris berusia 23 tahun ini mengatakan bahwa ia akan terus melanjutkan sampai wawancara terakhirnya. Tidak ada tanda-tanda kelelahan.
Office, yang disutradarai oleh Hong Won-chan, adalah sebuah kisah thriller yang terjadi di dalam kantor. Menyoroti sejumlah praktik buruk di perusahaan-perusahaan Korea, film ini menuai tepuk tangan tidak hanya karena plotnya yang menegangkan, tetapi juga penggambaran tajam tentang bagaimana rasanya hidup sebagai pekerja kantoran di Korea.
Go mengambil peran Mi-rye, karyawan magang yang mengincar posisi tetap di sebuah perusahaan. Meskipun ia baik hati dan pekerja keras, posnya terus terancam ketika karyawan magang baru dengan resume yang lebih baik datang ke perusahaan. Memainkan karakter multidimensi dengan peran penting dalam memecahkan kasus misterius di akhir, rasanya wajib bagi Go untuk memiliki kemampuan akting yang kuat.
“Saya ingin menantang diri saya sendiri dengan peran ini,” kata Go. “Ini adalah karakter yang belum pernah saya temui sebelumnya, dan segera setelah saya membaca naskah, saya sangat terbenam di dalamnya.”
T: Dapatkah Anda sedikit menjelaskan tentang karakter Mi-rye?
J: Mi-rye memiliki rasa identitas yang kuat, tapi harga dirinya sangat rendah. Ia ingin menjadi percaya diri dan kuat di luar, tapi di dalam, dia sangat rapuh. Saya tertarik dengan kontradiksi itu, dan saya merasa seperti tidak asing dengan emosi yang dirasakannya.
T: Apa yang Anda maksud dengan Anda “tidak asing”?
J: Saya merasa seperti saya telah mengenalnya untuk waktu yang lama. Anda tahu, ada jenis teman yang ingin menjadi sempurna di luar, tapi di dalam, mereka benar-benar merana. Saya hanya benar-benar merasa kasihan dengan situasi semacam itu.
T: Bagaimana perasaan Anda ketika harus menghabiskan banyak waktu di dalam kantor saat syuting?
J: Biasanya, saya mencari inspirasi dari berbagai sumber sebelum saya pergi syuting. Sebagai contoh, jika karakter saya adalah mahasiswi, saya pergi melihat-lihat album kenangan saya untuk mengingatkan diri saya tentang emosi masa-masa itu. Untuk film ini, saya benar-benar mengunjungi kantor di mana teman-teman saya bekerja. Saya melihat bahwa tidak ada yang sia-sia dalam kantor. Semuanya tampak seperti ada untuk suatu tujuan, dan segala sesuatu di dalam kantor sudah terstruktur dengan garis lurus. Ketika memikirkan bahwa begitu banyak emosi bisa terjadi di antara garis-garis tajam dan lurus itu, saya merasa simpati pada orang-orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan.
T: Apakah Anda selalu memperhatikan lingkungan Anda seperti ini?
J: Karena saya percaya bahwa seorang aktor harus selalu belajar. Mungkin itu adalah kebiasaan buruk dan bisa menyinggung perasaan beberapa orang, tapi mengamati orang lain telah menjadi kegiatan rutin saya.
T: Dapatkah Anda membandingkan diri Anda dengan karakter Mi-rye?
J: Pertama, saya tidak memiliki sisi fanatik yang dimiliki Mi-rye. Kesamaannya adalah saya juga kurang harga diri, yang mungkin merupakan alasan mengapa saya berempati padanya. Ketika saya syuting Office, ada hari ketika saya benar-benar merasa letih setelah menyelesaikan hari saya. Dalam perjalanan pulang, saya berpikir apakah saya punya senjata lain selain hanya “berusaha keras.” Dan kalau dipikir-pikir, saya tidak punya banyak senjata.
T: Apakah Anda selalu keras pada diri sendiri?
J: Nah, saya tidak yakin tentang hal itu.
T: Apakah Anda cenderung untuk terpengaruh dengan karakter yang Anda mainkan di film?
J: Hal ini tergantung pada film mana yang saya mainkan. Sebagai contoh, ketika saya sedang syuting Elegant Lies (2014), saya tidak bisa pergi dari situasi saya di film di mana saya kehilangan adik saya karena intimidasi sekolah. Saya merasa tertekan untuk waktu yang cukup lama, saya merasa seperti itulah rasanya kehilangan orang-orang terkasih.
T: Apa inti dari akting menurut Anda?
J: Memiliki tujuan untuk menjadi asli, yakni apa yang saya pikirkan harus tetap tidak berubah bahkan dalam masyarakat yang sangat cepat ini. Saya adalah generasi terakhir sinema film dan juga generasi pertama sinema digital. Jadi ada beberapa kebingungan ketika berakting di keduanya. Ketika melalui fase itu, saya berpikir lebih kuat bahwa keaslian harus tetap tersimpan di pusat akting saya.