Peradaban Sungai Awal di Asia
Nenek moyang orang Asia modern adalah para pemburu di Zaman Batu; leluhur mereka kemungkinan telah beremigrasi dari Afrika. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa puluhan, bahkan ratusan atau ribuan tahun yang lalu orang-orang hidup dalam kelompok kecil di gua-gua pegunungan di Asia. Mereka berburu dan mengumpulkan makanan. Banyak waktu mereka dihabiskan untuk membuat alat-alat batu. Dengan alat-alat ini, mereka membunuh mangsa, mengerik kulit binatang, dan menumbuk gandum.
Sekitar 10.000 tahun yang lalu, populasi hewan liar di dataran tinggi Asia mulai menurun. Apapun penyebabnya, kelompok pemburu bermigrasi ke arah lembah yang lebih rendah dari beberapa sungai besar benua. Di sini, dalam kronologi yang belum sepenuhnya jelas, mereka belajar untuk menumbuhkan biji-bijian, menjinakkan hewan, dan mengembangkan praktek-praktek yang sekarang kita kaitkan dengan ‘masyarakat beradab’.
Sebuah tahap penting dalam munculnya peradaban adalah penemuan cara membuat gerabah tanah liat. Alat ini dapat digunakan untuk menyimpan air dan makanan. Hal yang sama pentingnya adalah evolusi rute perdagangan, penemuan sistem akuntansi, dan penemuan sistem komunikasi tulis. Masyarakat belajar untuk membangun hubungan permanen satu sama lain. Akhirnya, mereka bersatu menjadi sesuatu yang yang disebut oleh dunia modern sebagai ‘negara.’
Peradaban awal yang dikenal di Asia dikembangkan di dekat mulut sungai Tigris-Efrat di wilayah Asia Barat Daya, Sungai Indus di wilayah Asia Selatan, dan Sungai Kuning (Hwang Ho) di wilayah Asia Timur. Di dataran yang rendah, datar, dan terairi dengan baik ini, orang-orang mulai mengembangkan seni, sastra, dan hukum dengan kebijaksanaan dan keterampilan yang mencengangkan.