Benarkah Afrika Adalah Tempat Kelahiran Umat Manusia?
Selama berabad-abad, Afrika sebagian besar tidak diketahui oleh orang Eropa, yang menyebutnya sebagai “benua hitam.” Namun, orang-orang Afrika sudah berdagang di Samudera Hindia dengan orang Arab, India, dan bahkan beberapa orang China sejak abad pertama.
Emas dan kulit menyeberangi Sahara untuk dijual di Eropa. Tapi sangat sedikit pembeli yang tahu dari mana produk-produk ini berasal. Pada akhir Abad Pertengahan, Timbuktu (Timbuktu, atau Mali di masa kini) menjadi kota pendidikan yang besar. Timbuktu merupakan satu dari banyak pusat keilmuan Islam.
Namun jauh sebelumnya, Afrika adalah tempat kelahiran manusia. Pada tahun 1967, sebuah fragmen tulang rahang nenek moyang manusia awal ditemukan di Kenya oleh tim antropolog Harvard Universit. Mereka menyatakan artefak tulang ini berasal dari masa 5 juta tahun silam.
Di Olduvai Gorge di Tanzania utara, penggalian telah menemukan tulang fosil makhluk (termasuk kerangka “Lucy” yang ditemukan pada tahun 1974) yang kemungkinan merupakan nenek moyang manusia purba, yang hidup lebih dari 3 juta tahun yang lalu. Ini adalah spesies paling awal yang diketahui telah membuat alat-alat mereka sendiri.
Jejak kaki mirip manusia berusia sekitar 3,6 juta tahun yang dibuat oleh makhluk hidup dengan tinggi sekitar 1,2 m. ditemukan di Laetolil, Tanzania, pada tahun 1978. Penemuan tengkorak pertama dari makhluk ini (Australopithecus afarensis) yang cukup lengkap di Ethiopia timur laut diumumkan pada tahun 1994.
Penemuan fosil yang lebih baru menunjukkan bahwa satu spesies tidak mungkin menjadi akar umum dari asal usul manusia, sebagaimana diungkapkan dalam teori para anggota komunitas ilmiah. Kontroversi intens terus mengelilingi hubungan antara manusia, simpanse, dan gorila. Tetapi kebanyakan ahli percaya bahwa manusia modern (Homo sapiens sapiens) berevolusi di Afrika tropis antara 200.000 dan 100.000 tahun yang lalu.
Barulah di zaman modern para ilmuwan disatukan dalam sejarah kuno Afrika. Dengan beberapa pengecualian -seperti masyarakat Mesir yang menggunakan hieroglif dan masyarakat berikutnya yang menggunakan bahasa Arab- kebanyakan masyarakat Afrika tidak mengembangkan bahasa tertulis sampai baru-baru ini.