Mengapa Gurita Berdarah Biru dan Tergolong Sangat Cerdas?
Gurita (octopus) adalah makhluk yang secara mengejutkan kompleks dan sangat mungkin merupakan binatang “berdarah biru” asli di dunia. 500 juta neuronnya didistribusikan ke seluruh kepala dan tubuh, dibandingkan dengan 100 miliar neuron di otak kita. Kekuatan otak gurita tidak mudah terlihat pada pandangan pertama, tapi otak gurita terbukti mampu melakukan perencanaan, penalaran, dan -memprediksi pemenang pertandingan sepakbola.
Dalam hal perencanaan, peneliti telah menemukan bahwa gurita di Indonesia akan mengumpulkan belahan batok kelapa sebagai persiapan untuk menghadapu cuaca badai. Mereka akan berlindung dengan masuk ke dalam dua potongan batok kelapa tersebut dan menutupnya dengan cara memeganginya.
Jean Boal, seorang peneliti perilaku di Millersville University, menjelaskan bahwa gurita merupakan makhluk kognitif dan komunikatif. Dalam percobaannya, Boal memberi makan cumi basi pada gurita di laboratorium dan hewan Cephalopoda itu mengirimkan pesan yang jelas: ia melakukan kontak mata dan menggunakan salah satu tangannya ia mendorong cumi ke saluran air terdekat. Secara efektif gurita itu mengatakan bahwa makanan basi harus dibuang ketimbang dimakan.
Jadi apa yang membuat makhluk laut ini pintar begitu mudah beradaptasi? Kecerdasan tersebut secara harfiah ada dalam darah mereka. Pigmen yang memberikan warna biru pada darah gurita, hemocyanin, bertanggung jawab menjaga spesies ini tetap hidup pada suhu ekstrim. Hemocyanin adalah protein yang mengandung atom tembaga dalam darah yang mengikat atom oksigen dalam jumlah yang sama. Pigmen ini merupakan bagian dari plasma darah pada invertebrata.
Warna biru hemocyanin mengikat oksigen dalam darah dan mengangkutnya ke seluruh tubuh gurita untuk memasok jaringan, faktor penting dalam kelangsungan hidupnya. Gurita memiliki tiga jantung dan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada kebanyakan invertebrata lainnya, sehingga hemocyanin memungkinkan gurita untuk mendapatkan suplai oksigen yang stabil, bahkan ketika oksigen tidak tersedia di lingkungan mereka. Hemocyanin juga menjamin gurita bisa bertahan hidup dalam suhu yang akan mematikan bagi banyak makhluk, yakni mulai dari suhu minus dua derajat Celcius hingga suhu super panas yang mendekati suhu ventilasi termal samudera.
Para peneliti menduga adaptasi “darah biru” adalah akibat dari ketidakmampuan gurita untuk bermigrasi dari kondisi lingkungan yang menantang. Hewan-hewan ini bergerak dengan merangkak di sepanjang dasar laut dan memiliki kehidupan yang relatif singkat, sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk melakukan migrasi tradisional. Sebaliknya, darah mamalia (termasuk kita) berwarna merah karena mengandung hemoglobin yang kaya zat besi.