Berlian, ‘Asuransi’ Pertunangan Wanita di Awal Abad ke-20
Salah satu alasan mengapa serbuan iklan berlian De Beers begitu berhasil mengajak banyak orang untuk tidak hanya memberikan cincin pertunangan, tapi cincin berlian, adalah karena adanya perubahan undang-undang di awal abad ke-20. Pada saat yang sama, De Beers dengan jitu dan lihai melepaskan bombardir iklan mereka pada media-media massa.
Pasalnya, pada awal abad ke-20, bagi kebanyakan wanita cara untuk menjamin kesejahteraan mereka di masa depan dengan cara yang bisa diterima masyarakat adalah dengan menikahi seorang pria. Dan untuk mendapatkan pria yang baik serta mapan, seorang wanita harus memiliki reputasi yang tak ternoda.
Masalahnya adalah bahwa setelah pertunangan resmi diumumkan, sekitar setengah dari wanita pada zaman itu akan membiarkan tunangan mereka berhubungan badan dengan mereka. Jika sang tunangan kemudian memutuskan pertunangan itu, wanita tidak hanya akan memiliki skandal yang mencoreng nama baiknya, tetapi juga menanggung aib bahwa dirinya sudah ternoda.
Kerugian ganda ini cukup untuk menghancurkan masa depan sang wanita. Dengan demikian, terciptalah undang-undang untuk melindungi wanita, yang memungkinkan wanita untuk menuntut ganti rugi akibat pertunangan yang digagalkan pria, dan konsekuensinya akan lebih besar bila sang pria sebelumnya sudah merenggut kesucian sang wanita.
Namun, selama era 30-an, undang-undang ini mulai ditarik dan hak memperoleh ganti rugi bagi wanita yang pertunangannya gagal menjadi sangat terbatas, bahkan meskipun ia sudah mengungkapkan bahwa pria yang membatalkan pertunangan itu telah menidurinya.
Karena berlian dianggap sebagai benda yang sangat berharga sebagaimana bunyi iklan di masa itu, maka cincin pertunangan berlian memungkinkan wanita untuk mendapatkan ganti rugi dalam bentuk barang berharga atau ‘asuransi’ atas pertunangannya. Ini dimaksudkan agar di kemudian hari ia tidak bisa menuntut ganti rugi lagi setelah pertunangannya digagalkan sang pria. Hmm, menarik juga ya.