Kisah Anak-Anak Desa Ethiopia Menggunakan Tablet
Inilah salah satu manfaat perkembangan teknologi bagi dunia pendidikan. Berkat tablet komputer, anak-anak di dua desa di Ethiopia ini bisa mendapatkan kesempatan pertama mereka untuk belajar. Seorang anak laki-laki membungkuk, ia fokus pada sebuah benda di tangannya. Cahaya dari sebuah layar menari-nari di wajahnya. Ini adalah satu-satunya cahaya lampu di daerah terpencil itu. Kelbesa Negusse, bocah berusia 8 tahun ini tengah bermain dengan komputer tablet.
Kelbesa tinggal di sebuah desa terpencil di Ethiopia, sebuah negara di Afrika Timur. Desa bernama Wenchi itu tidak memiliki listrik dan penduduknya tinggal di gubuk-gubuk yang terbuat dari lumpur dan jerami. Setahun yang lalu, Kelbesa belum pernah mendengar tentang komputer. Ia bahkan belum pernah melihat kata-kata tertulis di atas kertas. Tapi kini, berkat tablet ia dapat menulis seluruh alfabet bahasa Inggris dan membaca beberapa kata bahasa Inggris. “Saya suka tablet,” kata Kelbesa dalam bahasa Oromo, bahasa ibunya. “Saya tidak bisa membayangkan hidup saya tanpa (tablet ini).”
Desa Wenchi tidak memiliki sekolah. Sebuah organisasi yang berbasis di AS bernama One Laptop per Child (OLPC) tidak ingin keterbatasan itu menghalangi anak-anak untuk belajar. Kelompok ini menemukan cara baru untuk membantu anak-anak seperti Kelbesa agar tetap bisa mendapatkan pendidikan, yakni dengan bantuan teknologi.
Ethiopia adalah salah satu negara termiskin di dunia. Jutaan warga Ethiopia bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari dua dolar per hari. Di Wenchi, anak-anak tidak bisa sekolah. Mereka harus bekerja seperti menggembala domba dan memasak untuk keluarga mereka. Desa miskin seperti ini tidak punya uang untuk membangun sekolah atau membayar guru. Seringkali, sekolah terdekat harus ditempuh selama berjam-jam lamanya. Sekitar 70 juta anak di seluruh dunia tidak memiliki akses ke sekolah. Kebanyakan dari mereka buta huruf, yang berarti mereka tidak dapat membaca atau menulis. Orang-orang yang tidak memiliki keterampilan dasar ini seringkali tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.
Sejak tahun 2005, OLPC telah membagikan laptop dan tablet murah untuk anak-anak miskin di seluruh dunia. Komputer ini dilengkapi dengan program-program yang dirancang untuk anak-anak agar mereka bisa belajar sendiri. Tahun lalu, OLPC memasang ratusan aplikasi pendidikan, buku, dan video ke dalam 41 tablet komputer, kemudian membagikannya di Wenchi dan desa lainnya di Ethiopia. Kelompok ini ingin mengetahui bagaimana anak-anak bisa belajar tanpa bantuan orang dewasa.
Anak-anak di desa-desa itu tidak diberi petunjuk tentang apa itu tablet atau bagaimana cara menggunakannya. Para pekerja OLPC mengharapkan anak-anak bisa belajar sendiri menggunakan tablet dan mereka terkejut melihat betapa cepat anak-anak itu menguasainya. Dalam beberapa menit, anak-anak telah menemukan cara untuk mengaktifkan tablet. Pada akhir minggu pertama, mereka bisa menggunakan puluhan aplikasi. Beberapa anak bahkan menemukan cara untuk mengaktifkan kamera yang telah dinonaktifkan oleh OLPC. Hari ini, Kelbesa sudah bisa merekam dan mengedit video menggunakan tabletnya.
“Dia tahu banyak hal tentang bagaimana komputer bekerja yang bahkan saya sendiri tidak tahu,” kata Michael Girma dari OLPC. Ia mengunjungi Wenchi setiap minggu untuk memeriksa kemajuan Kelbesa dan teman-temannya. “Anak-anak sudah pandai,” tambah Girma. Tablet telah membantu anak-anak di Wenchi dan banyak anak-anak TK di AS belajar membaca. Pekerja OLPC tahu bahwa tablet tidak dapat menggantikan guru. Namun, mereka mengatakan bahwa tablet adalah alat penting untuk menjangkau anak-anak yang tidak bisa bersekolah.
“Jika anak-anak bisa membaca, maka mereka juga dapat mempelajari mata pelajaran lain dengan sendirinya,” kata Markos Lemma yang juga bekerja untuk OLPC. Ia menambahkan, di masa depan tablet mungkin akan dipasangi aplikasi yang mengajarkan tentang kebutuhan dasar, seperti gizi. Hal ini dapat membantu keluarga dan seluruh desa di Ethiopia untuk memperbaiki kehidupan mereka.
Perkembangan yang cukup bagus tapi, apa mungkin di indonesia bisa diterapkan program pendidikan seperti itu dengan memanfatkan teknologi yang lebih efektif lagi!?
Bisa saja, asal ada komitmen dan dukungan finansial yang kuat, semua pasti bisa dilaksanakan.