Asal Usul Tradisi Hara-Kiri (Seppuku)
Hara-Kiri adalah suatu bentuk praktik bunuh diri yang dilakukan oleh orang Jepang dari zaman kuno hingga abad ke-20, dan sekarang sudah jarang dilakukan. Secara harfiah, Hara-Kiri berarti “memotong perut”. Namun, orang Jepang memilih istilah yang lebih elegan, seppuku, meskipun memiliki arti yang sama.
Seppuku sudah lama dilakukan terutama oleh prajurit terhormat dengan kesadaran untuk menghindari penangkapan oleh musuh. Selama tahun-tahun terakhir periode Ashikaga (1338-1573) ketika garis kelas feodal digambarkan lebih tajam, Hara-Kiri hanya dilakukan oleh para samurai (prajurit).
Setelah periode itu, Hara-Kiri dikemas dalam sebuah upacara yang rumit. Dengan cara ini, Hara-Kiri dipraktekkan selama era Tokugawa yang damai (1603-1867) terutama oleh prajurit yang telah melanggar hukum dan berharap bisa melarikan diri dari eksekusi seperti penjahat biasa. Pada masa-masa selanjutnya, seppuku biasanya menjadi metode dramatis untuk memprotes tindakan atau aib pemerintah pada negara, seperti yang dilakukan penulis dan sutradara film kenamaan Jepang, Yukio Mishima, pada tahun 1970 setelah percobaan kudeta yang gagal. Peristiwa ini dikenal dengan “Mishima Incident”.
Selama upacara seppuku, prajurit memotong perutnya dengan pisau pendek dari kiri ke kanan. Tusukan terakhir dilakukan oleh Kaishaku (assisten) yang memenggal korban dengan pedang dua tangan yang berat. Bunuh diri itu sering dilakukan dalam pengawasan saksi. Saat ini, seppuku umumnya didiskreditkan dan dipandang sebagai tradisi peninggalan masa feodal.